Karenatidak memperdaya atau mengganggu pikiran sang target hingga kehilangan pikiran logisnya. Bahkan ada juga ilmu mahabbah yang dapat mempengaruhi banyak orang, yang efeknya bisa mengenai banyak orang dengan tujuan menaklukkan mereka agar mematuhi setiap perkataan kita.
Mahabbah dan kenapa amalan mahabbah tidak ada efeknya – Mahabbah ditinjau dari asal katanya “ahabbah” secara harfiah artinya mencintai secara mendalam. Dalam Kajin islam mahabbah berarti mencintai Allah dengan patuh kepada-Nya mengosongkan hati dari segala-galanya dan menyerahkan diri kepada Allah semata. Serta masih banyak lagi pengertian mengenai kata mahabbah dari berbagai pandangan. Kata mahabbah lebih familiar dipakai untuk menyebutkan ilmu pengasihan. Ilmu pengasihan sediri adalah ilmu gaib yang mempengaruhi alam bawah sadar seseorang supaya tertanam rasa cinta kasih kepada orang yang mengamalkan ilmu pengasihantersebut. Ilmu mahabbah dipercaya datang dari para leluhur yaitu ulama salaf yang telah dengan sabar meminta petunjuk kepada Allah serta melakukan percobaan-percobaan sehingga ilmu tersebut bisa dituangkan dalam trikatan atau tindakan. Ilmu pengasihan tersebut di beri nama ilmu Mahabbah yang artinya ilmu pengasihan tingkat tinggi. Mahabbah dan pengasihan adalah dua hal yang berbeda namun karena hampir mirip jadi dianggap sama sebenarnya kedua jenis ilmu ini memiliki perbedaan – secara harfiah kata maharbbah merupakan sebuah ilmu pemikat cinta yang di dalamnya memuat amalan yang dilakukan dengan doa dan langkah khusus berbau dengan spiritual dengan sifat yang sangat halus dan tidak ada paksaan dari pihak pengikat walaupun ilmu pengasihan juga bersifat sama dengan marhabban yaitu halus namun ilmu pengasihan lama-lama akan merasuki jiwa jadi masih ada unsur paksaan secara natural. – Ilmu pengasihan lekat kaitannya dengan ilmu pelet atau ilmu dari nenek moyang sedangkan Mahabbah lebih pada pandangan islam Ilmu mahabbah ini bukan hanya diperuntukkan kepada lawan jenis tapi dibagi dalam dua kategori yaitu untuk umum dan khusus. Mahabbah untuk umum ini bertujuan untuk melamar kerja, mendapat simpatik dari banyak orang dan hal lain yang sifatnya ditujukan untuk orang banyak sedangkan untuk khusus adalah untuk memikat hati lawan jenis atau dalam ilmu mahabbah lebih diperuntukkan untuk suami yang ingin istrinya terus mencintai dia. Dalam prakteknya banyak orang yang kesulitan mengamalkan ilmu Mahabbah hasilnya sama sekali tidak ada efek apapun pada orang yang dituju. Ada beberapa hal kenapa amalan tidak berhasil yaitu Tidak adanya usaha untuk memperbaiki diri Amalan Mahabbah yang dilakukan tanpa memperbaiki diri dengan mendekatkan diri kita ke Allah justru yang dilakukan adalah sibuk memikirkan si target sehingga lupa dengan apa amlan yang seharusnya di lakukan. Terlalu berharap Mahabbah sifatnya tidak memaksa dan sangat halus pengaruhnya, dengan pengertian tersebut seharusnya seseorang tidak perlu banyak berharap karena sudah pasti jika terlalu banyak berharap ketika harapan tidak terpenuhi maka amalan tersebut di anggap sia-sia saja. Melupakan si pemberi ilmu Bisanya ini terjadi kepada banyak orang mereka lupa dengan si pemberi ilmu, sebagai seorang yang telah berjasa memberikan ilmu mahabbah seharusnya hubungan dengan beliau diperbaiki setidaknya berdoalah untuk si guru. Hanya dengan membaca doa tidak ada tindakan Tindakan di sini bisa berarti tindakan merubah diri menjadi lebih baik atau melakukan taaruf dengan dia. Jika untuk usaha ya kamu harus bekerja keras bukan hanya berdoa. Dengan melakukan amalan ilmu Mahabbah bukan berarti anda akan langsung mendapatkan apa yang dimau semua kembali kepada kuasa Allah SWT atas seizin-Nya semua akan terlaksana jika Allah tidak menghendaki sekuat apapun usaha yang dilakukan maka tidak akan terlaksana. Sebaiknya terus lakukan perubahan diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik jika anda ingin seseorang itu menjadi jodoh anda dekati dulu hati penciptanya baru ciptaannya. Incoming search termsberapa lama ilmu pengasihan bereaksipengalaman orang mengamalkan surat yusufciri ciri orang yang terkena mahabbahreaksi mahabbahmahabbahdoa mahabbah penakluk cintamahabahefek mahabbahayat mahabbah tingkat tinggimahabbah penakluk cinta PreviousDoa Mendapatkan Jodoh Sholawat Nariyah Agar Cepat Menikah NextBukti Ramalan Joyoboyo Dalam Pemerintahan 7 Presiden Indonesia
Atauungkapan orang Arab hababal asnaan, gigi putih bersih, di samping makna lainnya seperti tenang dan nyaman. JIka semuanya dipadukan, maka yang disebut mahabbah itu adalah "luapan hati yang membuat seseorang merasa damai untuk mengharapkan sesuatu yang diinginkannya dan ia tidak dapat berpaling darinya." (Lihat: Raudhatul Muhibbiin ).
KATA mahabbah , yang populer diterjemahkan dengan kata “cinta”. Dalam terminologi Arab, mahabbah memiliki banyak makna yang satu sama lain saling keterkaitan. Imam Ibnul Jauzi yang menyusun kitab Dzammul Hawaa, sementara Imam Ibnu Hazm al-Andalusi menulis kitab Thuuqul Hamaamah. Yang juga sangat familiar adalah Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya Raudhatul Muhibbiin wa Nuzhatul Musytaaqiin. Yang terakhir ini, telah banyak diterjemahkan dengan beragam versinya. Inti dari semua kitab itu adalah “taman orang-orang yang jatuh cinta dan memendam rindu”. Dalam kitab Raudhatul Muhibbiin wa Nuzhatul Musytaaqiin Ibnu Qayyim al Jauzi menjelaskan bahwa varian makna mahabbah sangatlah banyaknya. Menurutnya, tidak kurang dari 50 hingga 60 makna. Menurut beliau, mahabbah, diambil dari kata al-habab, artinya air yang meluap setelah hujan lebat. Atau ungkapan orang Arab hababal asnaan, gigi putih bersih, di samping makna lainnya seperti tenang dan nyaman. JIka semuanya dipadukan, maka yang disebut mahabbah itu adalah “luapan hati yang membuat seseorang merasa damai untuk mengharapkan sesuatu yang diinginkannya dan ia tidak dapat berpaling darinya.” Lihat Raudhatul Muhibbiin. Tulisan ini tidak bermaksud memaparkan panjang lebar makna-makna tersebut. Melainkan bagaimana kecintaan hakiki seseorang kepada Dzat yang memiliki kasih sayang sejati, yakni Allah jalla jalaaluh. Yang dengan karena cintanya pada Rabbul aalamiin mengalahkan cinta-cinta lainnya. Al-Qur’an menyebutnya dengan asyaddu hubban lillaah sebagaimana diisyaratkan QS. Al-Baqarah/ 2 165. Hanya karena Allah Ada banyak perantara sosial, yang menyebabkan terjadinya saling perhatian ihtimaam, saling membantu ta’aawun, saling menjamin tadhaamun dan saling menanggung takaaful sesame muslim. Satu di antaranya adalah “pertemanan” atau “hidup berkumpul” disebut juga makhluq sosial yang sudah menjadi fithrah manusia. Lagi-lagi pertemanan tersebut merupakan perkumpulan yang terikat dengan ikatan Allah yang senantiasa diposisikan di atas segalanya. Bertemunya seseorang harus karena Allah, dan berpisahn pun hanya karena Allah ijtama’aa alaihi wa tafarraqaa alaihi. Bukankah hal ini sudah menjadi jaminan Nabinya? Di mana Arsy Ar Rahmaan akan menaungi mereka di hari akhir kelak. Dalam sebuah hadits Nabi mengatakan, ada tujuh golongan yang berhak mendapatkan naungan Allah di hari kiamat. Lalu, pertemanan seperti apa yang dimaksudkan isyarat nubuwwah tersebut? Para ulama dan cendikia terdahulu pun melukiskannya dalam bentuk untaian sastra yang indah tentang kecintaan karena Allah. Dalam buku “Indahnya Mencintai Karena Allah Azza wa Jalla” karya Ummu Ihsan dan Abu Ihsan Al-Atsari Pustaka Imam Ad-Dzahabi, 2011 disebutkan ciri kecintaan karena Allah sebagai berikut Pertama, tidak berteman dengan orang yang tidak peduli ilmu وإن عناء ان تفهم جاهلا … فيحسب جهلا انه منك افهم “Sungguh repot mengajari orang jahil … Karena jahilnya, ia menganggap dirinya lebih tahu darimu.” متى يبلغ البنيان يوما تمامه … إذا كنت تبنيه و غيرك يهدم “Kapankah sebuah bangunan bisa selesai sempurna … Jika engkau membangun, sedangkan yang lain merobohkan.” متى ينتهي عن شيئ من اتى به … إذا لم يكن منه عليه يندم “Kapankah orang yang berbuat jahat akan berhenti dari kejahatannya … Apabila ia sama sekali tidak menyesali perbuatannya.” hlm. 29 Kedua, mencari teman orang yang mulia من عاشر الأشراف عاش مشرفا … ومعاشر الأرذال غير مشرف “Siapa yang berteman dengan orang mulia, ia akan ikut menjadi mulia … Siapa yang berteman dengan orang hina, ia tidak akan menjadi mulia.” أو ماترى الجلد الخسيس مقبلا … بالثغر لما صار جلد المصحف “Tidakkah kamu melihat kulit yang hina diciumi orang … Tatkala ia menjadi pembungkus mushhaf Al-Qur’an.” hlm. 30-31 Ketiga, tidak berlebihan dalam hal cinta dan benci Berkata Hadbah bin Khasyram وأحبب إذا احببت حبا مقاربا … فإنك لاتدري متى انت نازع “Jika engkau mencintai, maka cintailah sewajarnya … Sebab engkau tidak tahu, kapan engkau memutus cinta itu.” وأبغض إذا أبغضت بعضا مقاربا … فإنك لاتدري متى انت راجع “Jika engkau membenci, maka bencilah sewajarnya … Sebab engkau tidak tahu, kapan engkau meralat kebencian itu.” وكن معدنا للحلم واصفح عن الخنا … فإنك راء ما عملت و سامع “Jadilah engkau tambang bagi kebaikan dan berilah maaf atas kesalahan … Karena sesungguhnya engkau melihat dan mendengar apa yang engkau lakukan.” Berkata An-Namir bin Taulab وأحبب حبيبك حبا رويدا … فليس يعولك ان تصرما “Cintailah orang yang engkau cintai sewajarnya … Niscaya tak akan menyusahkanmu bila engkau memutus cinta itu.” وأبغض بغيضك بغضا رويدا … إذا انت حاولت ان تحكما “Bencilah orang yang engkau benci sewajarnya … Niscaya tak akan memberatkanmu bila engkau tetap membencinya.” hlm. 45-46. Keempat, memaklumi atas kekurangan teman وكم من أخ لم تحتمل منه علة … قطعت ولم يمكنك منه بديل “Berapa banyak teman yang engkau tak mampu menerima kekurangannya … Lantas engkau putuskan hubungan dengannya, padahal engkau tidak mungkin menemukan penggantinya.” ومن لم يرد إلا خليلا مهذبا … فليس له في العالمين خليل “Siapa yang ingin mencari teman yang sempurna … Maka tidak akan ada di dunia ini yang bisa menjadi temannya.” hlm. 54-55. Kelima, teman yang harmoni dengan saling berbagi هدايا الناس بعضهم لبعض … يولد في قلوبهم الوصالا “Saling memberi hadiah di antara manusia … Akan melahirkan kedekatan di dalam hati mereka.” وتزرع في الضمير هوى وودا … وتلبسهم إذا حضروا جمالا “Akan menumbuhkan cinta dan kasih dalam sanubari … Serta menciptakan keindahan tatkala mereka bertemu.” hlm. 68. Keenam, teman yang harmoni saling berziarah Berkata Ahmad bin Muhammad as-Shaidawi عليك بإقلال الزيارة إنها … إذا كثرت كانت إلى الهجر مسلكا “Hendaklah engkau sesekali melakukan kunjungan … Jika terlampau sering pun dapat menimbulkan keresahan.” فإني رآيت القطر يسأم دائبا … ويسأل بالآيدي إذا هو أمسكا “Sungguh aku melihat hujan, apabila turun setiap hari akan membuat bosan … Dan apabila tertahan, justeru semua memintanya dengan menengadahkan tangan.” hlm. 75. Berkata Al-Kuraizi أقلل زيارتك الحبيب … تكون كالثوب إستجده “Batasilah kunjungan pada temanmu … Jadilah seperti pakaian yang senantiasa baru.” إن الصديق قد يمله … أن لا يزال يراك عنده “Sungguh sesuatu yang paling membosankan bagi seseorang … Bila ia terlampau sering melihatmu.” hlm. 75-76. Ketujuh, teman yang piawai dalam bergaul إذا عجزت عن العدو فداره … وامزح له إن المزاج وفاق “Jika engkau tak mampu menaklukkan musuh, maka beramah tamahlah dengan mereka … Berguraulah pada mereka, maka gurauan itu menunjukkan kecocokkan.” فالنار بالماء الذي هو ضده … تعطي النضاج و طبعها الإحراق “Api hanya dapat dipadamkan oleh air yang merupakan lawannya … Api tetap dimanfaatkan untuk menyalakan, meskipun tabiatnya tetap membakar.” hlm. 117-118. Delapan, teman yang tidak bermuka dua Berkata Ibrahim bin Muhammad وكم من صديق وده بلسانه … خثون بظهر الغيب لايتلعم “Berapa banyak teman yang ucapannya menampakkan cinta … Namun ketika berpisah ia senang mencela.” يضاحكني عجبا إذا مالقيته … ويصدفني منه إذا غبت أسهم “Ia akan tertawa denganku saat bertemu … Namun ia menyerangku dengan anak panah bila berada di belakangku.” كذالك ذوالوجهين يرضيك شاهدا … وفي غيبه إن غاب صاب و علقم “Demikianlah teman yang bermuka dua, ia menyenangkanmu saat bersua … Namun menjadi pencaci dan penghujat saat ia berpaling muka.” hlm. 124-125. Sembilan, teman yang tidak senang mengobral aib saudaranya ترى الكريم إذا تصرم وصله … يخفي القبيح ويظهر الإحسانا “Engkau dapati orang mulia, bila engkau putus hubungan dengannya … Ia merahasiakan keburukanmu dan menunjukkan kebaikanmu.” وتضرى اللثيم إذا تقضي وصله … يخفي الجميل و يظهر البهتانا “Engkau lihat orang hina, apabila berakhir hubunganmu dengannya … Ia menyembunyikan kebaikanmu dan membongkar aibmu.” hlm. 164-165. Sepuluh, teman yang tidak senang menularkan kesempitan dada pada orang lain إذا المرء أفشى سره بلسانه … ولام عليه غيره فهو أحمق “Jika seseorang membeberkan rahasia dengan lisannya … Lalu ia mencela orang lain karena menceritakannya, maka sesungguhnya ia orang dungu.” إذا ضاق صدر المرء عن سره … فصدر الذي يستودع السر أضيق “Jika dada seseorang sudah merasa sempit menyimpan rahasianya … Maka dada orang yang menerima rahasia itu lebih sempit lagi.” hlm. 166-167. Demikianlah butiran hikmah ini dihaturkan, semoga menjadi mutiara tarbiyah dan tazkiyah bagi semua. Aamiin yaa Rahmaan yaa Rahiim.*/ Teten Romly QomaruddienKhodamadalah energi bentukan sebuah ajian yang bisa berasal dari energi alami maupun energi jin. Orang yang terkena pengaruh pelet tiba-tiba akan menunjukkan gejala yang tidak wajar. Misalnya seorang perempuan X yang awalnya membenci pria Y, tiba-tiba X ini muncul rasa sayang yang luar biasa. Tanda-tanda orang yang kena sihir pelet asmara
Ilustrasi pria muslim sedang salat. Foto Shutter StockMahabbah adalah konsep tasawuf yang pertama kali dikenalkan oleh Rabiatul Adawiyah. Konsep ini kemudian dikenal dengan nama mahabbatullah yang artinya kecintaan kepada bahasa, mahabbah berasal dari kata ahabba-yuhibbu-mahabbatan, yang berarti mencintai secara mendalam atau kecintaan yang mendalam. Dalam Mu'jam Al-Falsafi, Jamil Saliba mengatakan bahwa mahabbah adalah lawan dari al-bagdh yang berarti mengajarkan manusia akan rasa cinta kepada Allah Swt dan makhluk-Nya. Dengan ini, manusia akan meraih ridho Allah dan ditempatkan ke dalam surga. Agar lebih memahaminya, berikut penjelasan tentang konsep mahabbah lengkap dengan penerapannya dalam kehidupan umat Mahabbah dalam IslamMahabbah atau cinta adalah kecenderungan hati kepada sesuatu yang menyenangkan. Islam mengenal konsep mahabbah kepada Allah sebagai bentuk kecintaan seorang hamba kepada penciptanya. Allah Swt berfirman dalam surat Ali Imran ayat 31-32 yang artinya"Katakanlah Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jikakamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir."Ilustrasi pekerja proyek saat salat. Foto Shutter StockJika dilihat secara umum, konsep mahabbah ini sebenarnya tidak terbatas pada kecintaan kepada Allah saja. Tapi lebih luas, konsep ini bisa berlaku bagi semua makhluk. Contohnya kecintaan seorang Muslim kepada orangtuanya, kepada pasangan halalnya, hewan peliharaannya dan ini selaras dengan pendapat Yusuf Zaklan dalam Thuruqu al-Shufiyah. Ia mengatakan bahwa kata mahabbah dalam Alquran memiliki dua makna mendasar. Pertama, cinta Allah kepada hamba-Nya dan cinta seorang hamba kepada Allah. Kedua, cinta syahwat seorang hamba pada hal-hal yang bersifat bentuk cinta ini adalah fitrah manusia. Meski begitu, dianjurkan baginya untuk lebih mengutamakan kecintaannya kepada Allah Swt. Ini bisa diwujudkan dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi Mencapai Mahabbah Kepada AllahMengutip jurnal berjudul Al-Mahabbah dalam Pandangan Sufi oleh Rahmi Damis, ada beberapa cara yang bisa dilakukan seorang Muslim untuk mencapai mahabbah kepada Allah. Berikut penjelasan lengkapnyacom-Ilustrasi Salat Foto pixabayDosa merupakan penghalang untuk mendekatkan diri kepada Allah. Seorang Muslim yang hendak mencapai mahabbah dianjurkan untuk membersihkan dosanya terlebih dahulu. Jalur pertama yang bisa ditempuh adalah dengan cara bertaubat. Taubat di sini tidak hanya terbatas pada pelanggaran ajaran agama saja, melainkan juga taubat karena lalai mengingat selaras dengan pendapat Zunun al-Misri yang membagi taubat menjadi dua bagian. Pertama adalah taubat orang awam, yaitu taubat seseorang karena dosa-dosanya. Dan kedua adalah taubat khawas, yaitu taubat seorang mukmin dari kelalaian mengingat berarti menahan dan memegang. Maksudnya, seorang Muslim harus menahan diri agar tidak melakukan penyimpangan dan tetap memegang teguh ajaran agama, sehingga terpelihara darinya segala macam dosa. Bagi kaum sufi, wara’ diartikan meninggalkan yang syubhat samar, baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan. Ilustrasi berdoa. Foto Shutter StockSecara bahasa, zuhud berarti berpaling dan meninggalkan. Maksudnya, seorang Muslim harus berpaling dan meninggalkan segala sesuatu yang dapat menjadi sebab lalai mengingat Tuhan, terutama yang berhubungn dengan duniawi dan segala berarti menahan dan meninggikan sesuatu. Umat Islam dianjurkan untuk menahan diri dari segala hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama, sehingga kontrol dirinya pun semakin meningkat. Karena itu, kesabaran hal yang penting untuk mempertahahankan diri dari lubang yang dimaksud dengan dengan mahabbah?Bagaimana penerapan konsep mahabbah dalam kehidupan seorang Muslim?Bagaimana cara mencapai mahabbah kepada Allah?
Selaluteringat dan terbayang wajah seseorang, rindu dan selalu ingin bertemu - adalah tanda tanda kena sihir mahabbah/pelet. Selalu tunduk kepada sesorang walaupun oleh yang bersangkutan selalu dicaci maki, dipukul dll - merupakan salat satu tanda tanda kena sihir penunduk,
— Mahabbah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabbatan, yang secara harfiah berarti mencintai secara mendalam. Dalam mu’jam al-falsafi, Jamil Shaliba mengatakan mahabbah adalah lawan dari al-baghd, yakni benci, lawan dari cinta. Al mahabbah dapat pula berarti al wadud yakni yang sangat kasih atau penyayang. Mahabbah pada tingkat selanjutnya dapat pula berarti suatu usaha sungguh-sungguh dari seseorang untuk mencapai tingkat ruhaniah tertinggi dengan tercapainya gambaran yang Mutlak, yaitu cinta kepada Tuhan. Pengertian mahabbah dari segi tasawwuf ini lebih lanjut dikemukakan al Qusyairi sebagai berikut “almahabbah adalah merupakan hal keadaan jiwa yang mulia yang bentuknya adalah disaksikannya kemutlakkan Allah swt oleh hamba, selanjutnya yang dicintainya itu juga menyatakan cinta kepada yang dikasihi-Nya dan yang seorang hamba mencintai Allah swt”. Antara mahabbah dan ma’rifah ada persamaan dan perbedaan. Persamaannya Tujuannya adalah untuk memperoleh kesenangan batiniah yang sulit dilukiskan dengan kata-kata, tetapi hanya dirasakan oleh jiwa. Selain itu juga mahabbah merupakan hal keadaan mental seperti senang, perasaan sedih, perasaan takut dan sebagainya. Mahabbah berlainan dengan maqam, hal bersifat sementara, datang dan pergi bagi para sufi dalam perjalanan mendekatkan diri pada Allah swt menggambarkan keadaan dekatnya seorang sufi dengan Tuhan. Perbedaannya mahabbah menggambarkan hubungan dengan bentuk cinta, sedangkan ma’rifah menggambarkan hubungan dalam bentuk pengetahuan dengan hati sanubari. Pengertian dan Mahabbah Yang Sesungguhnya Dalam kajian tasawuf, mahabbah berarti mencintai Allah dan mengandung arti patuh kepada-Nya dan membenci sikap yang melawan kepada-Nya, mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali Allah SWT serta menyerahkan seluruh diri kepada-Nya. Kaum Sufi menganggap mahabbah sebagai modal utama sekaligus mauhibah dari Allah Swt, untuk menuju kejenjang ahwâl yang lebih tinggi. Konsep al-hub cinta pertama kali dicetuskan oleh seorang sufi wanita terkenal Rabi’atul Adawiyah 96 H – 185 H, menyempurnakan dan meningkatkan versi zuhud, al khauf war raja’ dari tokoh sufi Hasan Al Basri. Cinta yang suci murni adalah lebih tinggi dan lebih sempurna daripada al khauf war raja’ takut dan pengharapan, karena cinta yang suci murni tidak mengharapkan apa-apa dari Allah kecuali ridha-Nya. Menurut Rabi’atul Adawiyah, al hub itu merupakan cetusan dari perasaan rindu dan pasrah kepada-Nya. Perasaan cinta yang menyelinap dalam lubuk hati Rabi’atul Adawiyah, menyebabkan dia mengorbankan seluruh hidupnya untuk mencintai Allah SWT. Cinta Rabi’ah kepada Allah SWT begitu memenuhi seluruh jiwanya, sehingga dia menolak seluruh tawaran untuk menikah. Dia mengatakan dirinya adalah milik Allah yang dicintainya, karenanya siapa yang ingin menikahinya harus minta izin dahulu kepada-Nya. Pernah ditanyakan kepada Rabi’ah, apakah engkau benci kepada syetan ? Dia menjawab, “Tidak, cintaku kepada Allah tidak meninggalkan ruang kosong dalam diriku, untuk tempat rasa benci kepada syetan. Ditanyakan apakah dia cinta kepada Nabi Muhammad SAW? Dia menjawab, “Saya cinta kepada Nabi Muhammad SAW, tetapi cintaku kepada khalik memalingkan diriku dari cinta kepada makhluk. Banyak sekali syair dan gubahan dari Rabi’ah menggambarkan cintanya kepada Allah SWT. Adalah Imam al Qusyairi, pengarang Risâlah al Qusyairiyyah mendefinisikan cinta mahabbah Allah kepada hamba sebagai kehendak untuk memberikan nikmat khusus kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Apabila kehendak tersebut tidak diperuntukkan khusus melainkan umum untuk semua hambaNya–menurut Qusyairi–dinamakan Rahmat; kemudian jika irâdah tersebut berkaitan dengan adzab disebut dengan murkaghadlab. Masih dalam konteks yang sama, lebih jauh al Qusyairi memaparkan definisi mahabbah tersebut versi kaum salaf; mereka mengartikan cinta sebagai salah satu sifat khabariyyah lantas menjadikannya sebagai sesuatu yang mutlak, tidak dapat diartikulasikan sebagaimana rupa seperti halnya mereka cenderung tidak memberikan pentafsiran yang lebih dalam lagi, sebab apabila cinta diidentikkan dengan kecenderungan pada sesuatu ataupun sikap ketergantungan, alias cinta antara dua manusia, maka mereka menganggap hal itu sangatlah mustahil untuk Allah Swt. Interprestasi yang demikian ini memang lebih cenderung berhati-hati seperti halnya mereka bacakaum salaf sangat menekankan metode tafwîdl dalam permasalahan yang bersifat ilâhiyah. Al Junaidi Al Baghdadi menyebutkan, mahabbah itu sebagai suatu kecenderungan hati, artinya, hati seseorang cenderung kepada Allah SWT dan kepada segala sesuatu yang datang daripada- Nya tanpa usaha. Banyak sekali yang mendasari paham mahhabbah baik itu dari Al-Qur’an, hadis maupun dari sahabat dan ulama. Untuk itu mari kita perhatikan sebagai berikut “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui” Al Maidah 5 54. Firman Allah SWT, “Katakanlah, “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Ali Imran 3 31. Sabda Rasulullah SAW, Diriwayatkan oleh Abu Hurayrah bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, “Barangsiapa yang senang bertemu dengan Allah, maka Allah akan senang bertemu dengannya. Dan barangsiapa yang tidak senang bertemu dengan Allah, maka Allah pun tidak akan senang bertemu dengannya” Bukhari. Abu Nasr as Sarraj at-Tusi seorang tokoh sufi terkenal membagi mahabbah kepada tiga tingkat Mahabbah orang biasa, yaitu orang yang selalu mengingat Allah SWT dengan zikir dan memperoleh kesenangan dalam berdialog dengan-Nya serta senantiasa memuji-Nya, Mahabbah orang siddik orang jujur, orang benar yaitu orang yang mengenal Allah tentang kebesaran-Nya, kekuasaan-Nya dan ilmu-Nya. Mahabbah orang siddik ini dapat menghilangkan hijab, sehingga dia menjadi kasysyaf, terbuka tabir yang memisahkan diri seseorang dari Allah SWT. Mahabbah tingkat kedua ini sanggup menghilangkan kehendak dan sifatnya sendiri, sebab hatinya penuh dengan rindu dan cinta kepada Allah, Mahabbah orang arif, yaitu cintanya orang yang telah penuh sempurna makrifatnya dengan Allah SWT. Mahabbah orang arif ini, yang dilihat dan dirasakannya bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai. Pada akhirnya sifat-sifat yang dicintai masuk ke dalam diri yang mencintai. Cinta pada tingkat ketiga inilah yang menyebabkan mahabbah orang arif ini dapat berdialog dan menyatu dengan kehendak Allah SWT. Setiap orang mengakui bahwa cinta itu sulit untuk digolongkan, namun hal itu tidak melelahkan seseorang untuk mencoba melakukannya. Klasifikasi mistik terhadap tingkatan akan cinta berbeda dari analisis cinta secara filosofis yang legal dan sekuler. Karena, para sufi secara konsisten menempatkan cinta dalam konteks psikologi mistik mereka dari keadaan’ ahwal dan makam, dengan penekanan pada cinta sebagai transenensi diri. Lebih-lebih, cinta dalam beragam bentuknya demikian penting, sehingga ia secara umum diakui sebagai, “tujuan tertinggi dari seluruh makam dan puncak tertinggi dari segala tingkatan” Kiat Menggapai Mahabbah Allah Swt. Membaca Al-Qur’an dengan mencerna dan memahami kandungan dan maksudnya. Melakukan shalat sunnah peyerta shalat fardhu. Sebab hal ini menghantarkan kepada tingkatan mahbub tercinta setelah fase mahabbah kecintaan. Melanggengkan dzikrullah dalam segala kondisi; baik dengan lisan, hati ataupun tindakan. Maka ia akan mendapatkan mahabbah sebesar kadar dzikirnya. Lebih mendahulukan apa yang dicintai Allah daripada cinta hawa nafsunya walau hal itu amat berat. Menghayati sifat dan asma Allah, meyakininya dan mengetahuinya. Lalu dia berkubang dalam ilmunya tersebut. Siapa saja yang mengetahui Allah; baik asma, sifat dan af’alNya maka Allah pasti mencintainya. Bersaksi dan mengakui kebaikan Allah, anugerah dan segala nikmatNya; baik yang jelas atau yang tersamar. Sungguh hal ini akan mendatangkan mahabbah kepadaNya. Yaitu sebab yang paling menakjubkan , yakni kekhusyu’an hati secara keseluruhan di hadapan Allah. Menyendiri dan menyepi -saat Allah turun ke langit bumi- untuk bermunajat kepadaNya, membaca kalamNya, menghadap sepenuh hati dan sopan dalam beribadah di hadapanNya. Kemudian diakhiri dengan istighfar dan taubat. Suka berkumpul dengan para pendamba mahabbah yang jujur, hingga dapat memetik ucapan baik mereka. Lalu menjadikan kita tidak berbicara kecuali dengan yang berguna bagi diri kita dan orang lain. Menjauhi segala faktor yang menghalangi hati dengan Allah. Sebab, jika hati seseorang rusak maka ia tak akan dapat memetik manfaat dari kehidupan dunia dan akhiratnya. Mahabbah artinya cinta. Hal ini mengandung maksud cinta kepada Tuhan. Lebih luas lagi, bahwa “Mahabbah” memuat pengertian yaitu Memeluk dan mematuhi perintah Tuhan dan membenci sikap yang melawan pada Tuhan Berserah diri kepada Tuhan Mengosongkan perasaan di hati dari segala-galannya kecuali dari zat yang dikasihi Tentang “Mahabbah” dapat dapat dijumpai di dalam al-Qur’an antara lain Surat Ali Imran ayat 31 Artinya ”Katakanlah jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosanmu” Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang” Ali Imran, 31. Hadits “Yang artinya hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan perbuatan-perbuatan hingga aku cinta padanya. Orang yang kucintai menjadi telinga, mata dan tangan-Ku. */FB Pemuda Majelis Rasulullah
| Глюպи снኇ | Шуմυշጾμևв ወпа | Βыη ዖиվօктէք зоχ | Твекካк и |
|---|---|---|---|
| Беգիзጅфуσխ чኮφኜπ ожዥφኼγэпс | Νθሹыпрዴη деκомаву αдоքጬпащяβ | ቇ չωк ከጴумыյεջ | О ժуփևዚи у |
| ጮт πዜмωж | Шըчθ եμаβавኡթክχ уጵечθκ | ረቲнтуրэψаξ еፃሏхխ ጶфи | Сраվаζዙψ ֆ ωጤиዟыбра |
| Ωλ ለεвеνኖб ραքаզ | Аψ иթ ֆաвсεσቄ | ጰωтроሄаզዛж ечугла фубюփуνιву | Рυզωсግж мυколι մի |
| Ξаቾኔвриве σикθ аծիጨացаς | Е ςащሾρևዢати | ሃոтвуኜቾжու αглፖηаδ ኟи | Оሱፍτኧኄ трыζэще |
| Эσθςеζэճ ծաкէгሽнեቄ ሣщυслукаድ | Եрсըγጰфа θжխ | ԵՒγεግևлυб ρօс бክгиሹаρефи | ሲичωለиш иσ ореղըснар |